Bukankah cinta suci akan mengenang kita sepanjang hayat? bukankah
kasih yang putih akan menjaga kita sampai tua nanti? Jika ya, telah
kudapatkan cinta dan kasih itu yang tidak orang lain miliki…kutulis
semua untuknya yang telah aku dapatkan….
Siang itu telah mennjadi
siang dimana aku lewati sebelumnya, siang terakhir aku menunggu
kepulangannnya, esok nanti aku tidak akan menunggu lagi. Kutarik bibir
kecil berikan senyum kepulangannya, dy mencium tangan bunda dan kucium
punngung tanggannya yang hitam. "mana susu punyaku?" tanyanya.
kusodorkan susu coklat kesukaan kami dalam botol, bermain sambil membawa
susu siang di ruangan kami.
"hari ini adalah hari terakhir aku minum susu didalam botol" ujarnya padaku.
Hari
ini juga hari terakhir aku menunggu kak pulang,. Besok aku akan masuk
sekolah dasar" balasku dengan nanda yang sangat bahagia.
September 1996…
Bunda menyuapi aku dan Alin makan pagi sebelum berangkat sekolah.
"bunda
aku ingin rambutku diikat, tapi pake jepit warna ungu" pintaku pada
bunda. Bunda menyisir rambutku yang terlihat cantik. Alin, kakaku
memperhatikanku tersenyum.
"bunda, aku juga mau" pintanya. Bunda
pun meyisir rambutnya perlahan hingga selesai, rambut kami jadi diikat
sama, alin lari kekamar, memandangi ikatannya di depan kaca, keningnya
berkerut.
"bunda punya aku gak sama, ini bengkok ikatannya" ujarnya marah.
"gak apa2…tetap cantik kok" hibur bunda.
"tapi aku mau rapi seperti Meilin."
"sudah jam 7 nanti telat berangkatnya, bunda ikat sepatu meilin dulu."
Bunda masih disibukan dengan aku waktu itu, alin pergi keluar rumah sambil membawa tas sekolahnya.
"bunda. Kak Alinn marah…aku berangkat sekolah sendiri dong?"
"ya gak apa2, kan dah besar. Ini uang jajan buat kak alin. Bunda titip ya"
Aku
mencium punggung tangan bunda yang hangat. Dia mencium pipiku sambil
mengucapkan doa setiap pagi dan siangnya " semoga selamat, pintar dan
rangking satu" itu doa bunda yang tidak pernah berhenti setiap aku dan
kak alin berangkat dan pulang sekolah.
Di sekolah, kuberikan titipan
bunda buat kak alin, dia tidak marah padaku, dia mengantarkan aku
sampai duduk di bangku ruanganku.
"nanti pulang sekolah, . kak ada
latiihan dulu. Meilin mau nunggu g?" Tanya alin. Padaku. Aku mengangguk,
sambil tertawa lucu melihat ikatannya yang bengkok.
Agustus 2000
Sore
ini aku tidak menunggu kak alin lagi setiap pulang sekolah, aku sudah
tumbuh menjadi diriku, mekipun masih dengan ketakutanku terhadap hal-hal
baru, tapi setidaknya aku sudah memiliki banyak teman di sekolah.
Setelah latihan pramuka aku pulang duluan, kak Alin masih sibuk menulis
rapor milik teman-temannya yang diminta bu Tania. Di sepanjang jalan aku
ingin cepat sampai rumah, bertemu bunda dan mengaji di mesjid dengan
teman sebayaku yang lain. Sore ini setelah mengaji jadwalku adalah
berkeliling pamegersari dengan sepeda bersama 2 sahabatku, Dewi dan
Septi. Biasanya kita pergi ke desa yang paling ujung membeli aromanis
dan bermain di mesjid raya, disana ada ayunan dan taman yang indah.
:aku pulang bunda…”
“salamnya mana?” Tanya bunda buatku malu…
“aku gak lupa ko Bunda,, cuman gak inget dikit, maaf ya bunda…Assalamualaikum…” jawabku mengelak.
“ya waalaikumsalam” aku mencium punggung tangan bunda yang putih dan bersih.
“Bunda
punya angsa?” tanyaku, bunda terlihat tengah sibuk dengan 2 angsa
putihnya. Aku baru lihat, pasti itu angsa baru yang dibeli bunda.
Warnanya bersih, matanya biru bening…
“wah angsa dari luar negri ya bunda? Kaya bule” tanyaku lagi
“sini duduk!! Lihat bunda beri makan angsa ini.” Aku duduk di atas teras.
“angsa
ini dari kakek, katanya buat kak Alin dan Meilin…bunda yang rawat angsa
ini biar tumbuh lebih indah lagi.” Aku tersenyum mendengar apa yang
bunda bicarakan.
“namanya siapa bunda?” tanyaku lagi.
“mmm…siapa
ya??? Angsa ini harus tetap bersama, mereka berdua bersaudara, saling
memberi dan menyayangi. Tidak boleh bertengkar. Kalo sudah besar harus
sukses seperti kak Alin dan Meilin. Harus pintar dan menjadi orang
baik.”
“angsanya gak akan meninggal?” tanyaku, sedikit heran dengan perkataan bunda tentang seekor angsa.
“suatu hari akan pergi, tapi stelah mereka membahagiakan semua orang…itu janji 2 angsa ini” seru bunda, tambah aneh….
“aku
dan kak Alin juga ingin berjanji akan menjadi orang baik dan
membahagiakan semua orang bunda” kataku tidak mau kalah dengan angsa
milik bunda.
“ya…angsa ini indah seperti anak-anak bunda….”
Aku tersenyum melihat bundaku yang membelai rambutku…
Janji dua angsa ini akan menjadi senyumanku nanti…bersama ka Alin….^_^…
Mata yang terbuka belum tentu melihat banyak cara Tuhan memapah perjalanan ini. Hati yang tenang belum tentu merasakan makna setiap perjalanan hidup. "Aku dan Langkah kaki" Goresan yang sederhana namun menuntun kita untuk mengabadikan apa yang terlihat oleh mata, apa yang dirasakan oleh hati, dan apa yang didengar oleh telinga kita. semoga dari setiap Tulisan tercipta makna syukur untuk perjalanan indah ini...
Tidak ada komentar :
Posting Komentar